sumber gambar |
Indonesia, Malaysia, dan negara-negara Asia Tenggara yang lain, sudah sejak dulu disebutkan berasal dari rumpun yang sama. Lihat saja, wajah, bahasa, dan budaya negara-negara ini hampir serupa. Termasuk makanan-makanannya. Jadi wajar saja kalau rendang juga sudah sejak lama ada di negara lain selain Indonesia. Sejak zaman prasejarah, masyarakat dan kebudayaan di Asia Tenggara terus berkembang. Terutama melalui pedagang-pedagang yang singgah dan menetap, lalu kemudian melahirkan keragaman suku bangsa dan budaya. Jadi seharusnya kita tidak perlu berdebat kusir tentang asal muasal rendang. Setiap kebudayaan di dunia, apalagi yang masyarakatnya ada di satu daratan, pasti ada hubungan sejarahnya. Seperti misalnya, ya, rendang tadi. Atau Kuil Angkor Wat di Kamboja, yang menurut penjelasan ahli sejarah, mirip dengan relief Borobudur di Indonesia. Kemiripan ini juga pasti ada hubungan sejarahnya.
![]() |
Angkor Wat |
Keterbukaan dan kebebasan yang akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia setelah berlakunya Komunitas ASEAN pada tahun 2015, mungkin saja bisa mengikis pengetahuan dan kecintaan kepada sejarah dan kebudayaan negeri sendiri. Di zaman teknologi seperti sekarang, informasi mudah diakses kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja. Budaya luar bisa masuk dengan mudah, cepat, dan bebas. Generasi muda yang mengakses informasi ini tanpa pemahaman yang cukup dan pendampingan dari orangtua, bisa saja kebablasan. Mereka merasa jadi bagian dari masyarakat global, tapi tidak memiliki ciri Indonesia.
Kita boleh saja merasa satu rumpun dengan negara-negara tetangga. Kita boleh saja mengenal dan mempelajari budaya asing yang masuk ke Indonesia. Kita boleh saja merasa memiliki identitas yang sama sebagai warga masyarakat ASEAN. Tapi jangan lupa, asal kita yang pertama adalah Indonesia. Kita bisa menang kalau mempunyai jati diri yang kuat. So, are you proud to be Indonesian? Yes, I am!
![]() |
sumber gambar |
Tulisan yang ringkas dan padat. Angkor Watt lebih mirip Candi Prambanan ya :D
ReplyDelete@prit punya cerita:
ReplyDeletehihihi keren banget emang. dari kecil udah doyan rendang :)))
kita ini sering sekali terlibat dalam perdebatan yg gak perlu, dan melupakan hal lain yg sebenarnya jauh lebih penting.
@leyla hana menulis:
ReplyDeletemenurutku juga lebih mirip prambanan, mak. tapi aku gak punya kapasitas utk menjelaskan kenapa dibilang mirip borobudur. wes gak ngerti hihihi..
Singkat, jelas, padat, Mak.
ReplyDeleteSetuju sekali dengan tulisannya, untuk apa debat kusir? yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memaknai arti Indonesia itu sendiri dan bangga menjadi orang Indonesia.
Kok ya komentarku sama dengan Mak Leyla, mirip candi prambanan. hehe
@E. Novia Wahyudi:
ReplyDeleteEmang mirip candi prambanan sih kalo liat bentuknya. tapi para ahli sejarah kan liatnya gak cuma bentuk aja :D
@Keke naima:
ReplyDeleteMakan nasi sama bumbunya aja enak banget loh, Mak :D
aku juga doyan rendang mak heheheee
ReplyDelete@irma senja:
ReplyDeletetosss! :D